1. Latar Belakang Kedatangan Jepang ke Indonesia
Pendudukan
Jepang di Indonesia ditujukan untuk mewujudkan Persemakmuran Bersama Asia Timur
Raya. Untuk mewujudkan cita-cita itu, Jepang menyerbu pangkalan Angkatan Laut
di Pearl Harbour, Hawai. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Desember 1941.
Gerakan militer Jepang cepat merambah ke kawasan Asia Tenggara. Pada bulan
Januari-Februari 1942, Jepang menduduki Filipina, Tarakan (Kalimantan Timur),
Balikpapan, Pontianak, dan Samarinda. Pada bulan Februari 1942 Jepang berhasil
menguasai Palembang.
Untuk menghadapi Jepang, Sekutu membentuk Komando
gabungan. Komando itu bernama ABDACOM (American British Dutch Australian
Command). ABDACOM dipimpin oleh Jenderal Sir Archibald Wa ell dan berpusat
di Bandung.
Pada
tanggal 1 Maret 1942 Jepang berhasil mendarat di Jawa yaitu Teluk Banten, di
Eretan (Jawa Barat), dan di Kragan (Jawa Timur). Pada tanggal 5 Maret 1942 kota
Batavia jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda
secara resmi menyerah kepada Jepang.
Upacara
penyerahan kekuasaan dilakukan pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati, Subang,
Jawa Barat. Dalam upacara tersebut Sekutu diwakili oleh Gubernur Jenderal
Tjarda an Starkenborgh dan Jenderal Ter Poorten, sedang Jepang diwakili oleh
Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan penyerahan itu secara otomatis Indonesia mulai
dijajah oleh Jepang.
Kebijakan
Jepang terhadap rakyat Indonesia pada prinsipnya diprioritaskan pada dua hal,
yaitu:
1.
menghapus pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia, dan
2.
memobilisasi rakyat Indonesia demi kemenangan Jepang dalam Perang Asia Timur
Raya.
Politik
imperialisme Jepang di Indonesia berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam
dan manusia. Jepang melakukan eksploitasi sampai tingkat pedesaan. Dengan
berbagai cara, Jepang menguras kekayaan alam dan tenaga rakyat melalui
janji-janji maupun kekerasan.
Masa
Jepang dipimpin oleh militer. Dalam menjalankan pemerintahannya, Indonesia
dibagi dalam tiga wilayah kekuasaan militer :
1.
Wilayah I, meliputi Pulau Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara keenambelas
dengan pusatnya di Batavia (Jakarta).
2.
Wilayah II meliputi daerah Pulau Sumatra, diperintah oleh tentara keduapuluh
lima dengan pusatnya di Bukittinggi.
3.
Wilayah III meliputi Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Timor, Maluku
diperintah oleh Armada Selatan Kedua dan berkedudukan di Makassar
(Ujungpandang).
2. Organisai Bentukan Jepang di Indonesia
A. Organisasi Politik
a. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942 dan diketuai oleh Mr.
Syamsuddin. Gerakan Tiga A terdiri dari Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung
Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun
potensi bangsa guna kemakmuran bersama. Ternyata Gerakan Tiga A tidak berumur lama
karena dirasa kurang efektif oleh Jepang sehingga dibubarkan, sebagai gantinya
dibentuk Putera (Pusat Tenaga Rakyat).
b . Pusat
Tenaga Rakyat (Putera)
Pada tanggal 1 Maret 1943 Jepang membentuk Putera. Gerakan ini
dipimpin oleh tokoh empat serangkai yaitu Ir. Soekarno, Drs.Moh. Hatta, Ki
Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Bagi para pemimpin Indonesia, Putera
bertujuan untuk membangun dan menghidupkan segala apa yang dirobohkan oleh
imperialis Belanda. Sedangkan bagi Jepang, Putera bertujuan untuk memusatkan
segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantuusaha perangnya.
c . Jawa Hokokai (Himpunan
Kebaktian Jawa)
Pada bulan Maret 1944 pemerintah Jepang membentuk Jawa Hokokai.
Jawa Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi pemerintah
sehingga pucuk kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan
ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bukti. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara
lain mengerahkan rakyat untuk mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam
jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943
membentuk Cuo Sangi In (BadanPertimbangan) atas anjuran Perdana Menteri
Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In dipegang oleh Ir. Soekarno. Tugas
badan ini adalah mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaan
pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
d. Chuo sangi-in
Organisasi ini
berdiri pada tanggal 5 september 1943 yang dibentuk oleh saiko Shikikan (Kumaikici
Harada). Organisasi ini terbentuk karena tindakan protes yang dilakukan oleh
Ir. Soekarno dan Moh Hatta serta ancaman dari tokoh-tokoh nasional Indonesia. Organisasi
ini diketuai oleh ir. Soekarno dengan dua orang wakil yaitu r.m.a.a. kusumo
utoyo dan dr. buntaran martoatmojo yang dilantik pada tanggal 17 oktober 1943
pada sidang chuo sangi ini.
Hal yang boleh
dibahas atau dirundingkan dalam Chuo Shangi In antara lain :
a. pengembangan
pemerintahan militer
b. mempertinggi
derajat rakyat
c. pendidikan
dan penerangan
d. industri dan
ekonomi,
e. kemakmuran
dan bantuan sosial, serta
f. kesehatan.
B. Organisasi Bidang Militer
a. Organisasi Militer
1). Heiho
Heiho merupakan pasukan
bentukan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II. Pasukan ini dibentuk
berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kemaharajaan
Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggotanya pada tanggal
22 April 1943.
Heiho merupakan
organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945. Anggotanya adalah
para pemuda yang berusia 18 – 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu
kesatuan angkatan perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang.
Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya
memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan
senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota
Heiho mencapai 42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk
menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar),
dan Kepulauan Salomon. Heiho dibubarkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) setelah Jepang menyerah kepada Sekutu.
2). Peta
PETA dibentuk pada
tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici
Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun.
Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain bentukan Jepang. Anggota
PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang. PETA
bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis
kedua. Di Jawa dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang
oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat Jepang.
Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman,
Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani. Pergerakan massa rakyat dalam
organisasi-organisasi di atas telah mendorong rakyat memiliki keberanian, sikap
mental untuk menentang penjajah, pemahaman terhadap kemerdekaan maupun sikap
mental yang mengarah pada terbentuknya nasionalisme.
b. Organisasi Semi-Militer
1). Seinendan (Barisan
pemuda)
Seinendan merupakan organisasi
pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun
Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat
semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan gunseikan.
Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda
agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri.
Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah
untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi
kemenangan perang Jepang.
Pada awalnya, Seinendan
beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25 tahun. Namun, usia
anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota Seinendan
sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Jumlah tersebut berkembang
menjadi 500.000 orang pemuda pada akhir masa pendudukan Jepang.
2). Keibodan (Barisan
Pembantu Polisi)
Keibodan juga merupakan
organisasi pemuda yang dibentuk bersamaan dengan pembentukan Seinendan. Berbeda
dengan Seinendan, dalam pembentukan Keibodan tersebut tampak bahwa pemerintah
pendudukan Jepang berusaha agar tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis.
Bahkan kaum nasionalis pada tingkat bawah pun tidak mempunyai hubungan dengan
Keibodan, karena badan ini langsung ditempatkan di bawah pengawasan polisi.
Selain Jawa, kedua badan tersebut juga dibentuk di Sumatra dan daerah-daerah
yang berada di bawah kekuasaan angkatan laut. Di Sumatra, Keibodan dikenal
dengan nama Bogodan. Di Kalimantan terdapat badan serupa yang disebut Borneo
Konan Hokokudan. Selain golongan pemuda, juga dilakukan pengorganisasian kaum
wanita. Pada bulan Agustus 1943 dibentuk Fujinkai (himpunan wanita). Usia
minimum dari anggota Fujinkai adalah 15 tahun. Wanita-wanita tersebut juga
diberikan latihan-latihan militer.
3). Syuisyintai
(Barisan Pelopor)
Barisan Pelopor
dibentuk pada tanggal 1 November 1944. Organisasi semimiliter ini dibentuk
sebagai hasil keputusan sidang ketiga dari Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan
Pusat. Barisan Pelopor dipimpin oleh Ir. Soekarno. Sedangkan wakilnya yaitu
R.P. Suroso, Otto Iskandardinata dan dr. Buntaran Martoatmojo. Tokoh nasionalis
yang duduk dalam Barisan Pelopor berusaha memanfaatkan kesempatan itu
sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat nasionalisme di kalangan para pemuda.
Para pemuda dikerahkan untuk mendengarkan pidato para tokoh nasionalis. Di
dalam pidatonya, para tokoh nasionalis selalu menyelipkan kata-kata untuk
membangkitkan semangat cinta tanah air di kalangan para pemuda.
4).Fujinkai(BarisanWanita)
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
4).Fujinkai(BarisanWanita)
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.
5). Hizbullah
Pada tanggal 15
Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah
(tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishintai.
Hizbullah mempunyai tugas pkok, yaitu sebagai berikut :
- Sebagai tentara cadangan dengan tugas dan program, antara lain : melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya.; membantu tentara Dai Nippon; menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh; menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang.
- Sebagai pemuda Islam dengan tugas dan program, antara lain : menyiarkan agama Islam, memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama Islam, dan membela agama dan umat Islam Indonesia.
3. Perlawanan
Rakyat Indonesia Terhadap Kependudukan Jepang
1.PerlawanandiSukamanah
Sukamanah adalah sebuah desa di Kecamatan Singaparna di wilayah Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat). Perlawanan di Sukamanah ini dipimpin oleh K.H Zaenal Mustafa. Pada awalnya K.H Zaenal Mustafa adalah tokoh penentang Pemerintahan Hindia Belanda yang dianggap sebagai golongan kafir yang hendak merusak kehidupan agama kaum muslimin Indonesia. Pada masa ini seringkali beliau dipenjara oleh pemerintahan kolonial. Pada masa Pendudukan Jepang K.H Zaenal Mustafa dibebaskan. Tujuan dari pembebasan ini tidak lain adalah sebagai upaya untuk mensukseskan propaganda Jepang. Tokoh agama dianggap sebagai sarana yang tepat untuk propaganda karena mempunyai people power yang banyak. Tetapi karena perbedaan prinsip, terutama yang berkaitan dengan kaidah dan prinsip Agama Islam secara tegas beliau menolak ajakan kerja sama bangsa Jepang.
Sukamanah adalah sebuah desa di Kecamatan Singaparna di wilayah Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat). Perlawanan di Sukamanah ini dipimpin oleh K.H Zaenal Mustafa. Pada awalnya K.H Zaenal Mustafa adalah tokoh penentang Pemerintahan Hindia Belanda yang dianggap sebagai golongan kafir yang hendak merusak kehidupan agama kaum muslimin Indonesia. Pada masa ini seringkali beliau dipenjara oleh pemerintahan kolonial. Pada masa Pendudukan Jepang K.H Zaenal Mustafa dibebaskan. Tujuan dari pembebasan ini tidak lain adalah sebagai upaya untuk mensukseskan propaganda Jepang. Tokoh agama dianggap sebagai sarana yang tepat untuk propaganda karena mempunyai people power yang banyak. Tetapi karena perbedaan prinsip, terutama yang berkaitan dengan kaidah dan prinsip Agama Islam secara tegas beliau menolak ajakan kerja sama bangsa Jepang.
Ketika menghadiri
sebuah upacara dilapangan kota Singaparna, beliau menolak untuk melakukan
Seikerei (memberi hormat kepada kaisar Jepang Tenno Heika) dengan cara
membungkukkan badan serta menundukkan kepala kearah istana Kaisar Jepang.
Seikerei dianggap perbuatan syirik karena dalam ajaran Islam tak ada yang
pantas disembah kecuali Allah S.W.T. Bersama pengikutnya beliau meninggalkan
lapangan tersebut. Tindakan tersebut menyebab-kan ketegangan di antara kedua
belah pihak. Pada tanggal 25 Februari 1944 terjadilah pertempuran. Karena
kekuatan yang tidak seimbang K.H. Zaenal Mustafa dapat ditangkap dan dipenjara
di Cipinang (Jakarta). Pada tanggal 25 Oktober 1944 beliau dan pengikutnya
dieksekusi tentara Jepang.
2.Perlawanan di
Jawa Barat
Pada bulan April 1944 rakyat di desa Kaplongan, kabupaten Indramayu bangkit melawan Jepang sebagai akibat dari tindakan tentara Jepang yang melakukan perampasan padi dan bahan makanan lain secara paksa. Di Kabupaten yang sama tepatnya di desa Cidempet pada tanggal 30 Juli 1944 terjadi juga perlawan rakyat dengan penyebab yang sama juga, yaitu kelaliman alat-alat pemerintahan pendudukan Jepang.
Pada bulan April 1944 rakyat di desa Kaplongan, kabupaten Indramayu bangkit melawan Jepang sebagai akibat dari tindakan tentara Jepang yang melakukan perampasan padi dan bahan makanan lain secara paksa. Di Kabupaten yang sama tepatnya di desa Cidempet pada tanggal 30 Juli 1944 terjadi juga perlawan rakyat dengan penyebab yang sama juga, yaitu kelaliman alat-alat pemerintahan pendudukan Jepang.
3.Perlawanan di
Aceh
Pada bulan November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhoek Seumawe terjadi perlawanan rakyat menentang pasukan Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Pada saat melaksanakan ibadah sholat Tengku Abdul Jalil dan para pengikutnya dibunuh oleh pasukan Jepang.
Pada bulan November 1942 di daerah Cot Plieng, Lhoek Seumawe terjadi perlawanan rakyat menentang pasukan Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil. Pada saat melaksanakan ibadah sholat Tengku Abdul Jalil dan para pengikutnya dibunuh oleh pasukan Jepang.
4.Perlawanan di
Sulawesi Selatan
Sebagai akibat dari penyerahan padi secara paksa terjadilah perlawanan rakyat Maluku Selatan di bawah pimpinan Haji Temmale. Perlawanan ini terkenal dengan ’’Peristiwa Unra“ sebab terjadi di desa Unra Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.
Sebagai akibat dari penyerahan padi secara paksa terjadilah perlawanan rakyat Maluku Selatan di bawah pimpinan Haji Temmale. Perlawanan ini terkenal dengan ’’Peristiwa Unra“ sebab terjadi di desa Unra Kabupaten Bone Sulawesi Selatan.
5.Perlawanan di
Kalimantan
Di berbagai tempat di Kalimantan terjadi perlawanan rakyat menetang kekuasaan tentara Jepang yang bertindak kejam dan sewenang-wenang. Di Kalimantan Barat kurang lebih 21.000 orang dibunuh dan dibantai secara kejam oleh tentara Jepang. Selain rakyat yang tidak berdosa, banyak di antara mereka adalah raja-raja, tokoh-tokoh masyarakat terkemuka, dan tokoh-tokoh pergerak-an nasional turut terbunuh dalam aksi perlawanan tersebut. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka didirikanlah sebuah Monumen Mandor, di desa Mandor.
Di berbagai tempat di Kalimantan terjadi perlawanan rakyat menetang kekuasaan tentara Jepang yang bertindak kejam dan sewenang-wenang. Di Kalimantan Barat kurang lebih 21.000 orang dibunuh dan dibantai secara kejam oleh tentara Jepang. Selain rakyat yang tidak berdosa, banyak di antara mereka adalah raja-raja, tokoh-tokoh masyarakat terkemuka, dan tokoh-tokoh pergerak-an nasional turut terbunuh dalam aksi perlawanan tersebut. Untuk mengenang peristiwa tersebut maka didirikanlah sebuah Monumen Mandor, di desa Mandor.
6.Pemberontakan
Tentara PETA di Blitar Jawa Timur
Penderitaan rakyat akibat dari pengerahan Romusha dan kesewenang-wenangan tentara Jepang menimbulkan amarah di kalangan anggota-anggota Daidan Blitar. Puncak kemarahan meletup pada tanggal 14 Februari 1945. Di bawah pimpinan Shodanco Supriyadi dan Shodanco Muradi sebagai komandan pertempuran terjadilah pemberontakan tentara PETA di Blitar.
Penderitaan rakyat akibat dari pengerahan Romusha dan kesewenang-wenangan tentara Jepang menimbulkan amarah di kalangan anggota-anggota Daidan Blitar. Puncak kemarahan meletup pada tanggal 14 Februari 1945. Di bawah pimpinan Shodanco Supriyadi dan Shodanco Muradi sebagai komandan pertempuran terjadilah pemberontakan tentara PETA di Blitar.
Pemberontakan ini
meluas ke seluruh penjuru kota Blitar dan pos-pos pasukan Jepang di luar kota.
Dengan kekuatan kurang lebih 200 orang. Untuk meredam pemberontakan PETA di
Blitar, Jepang mengerahkan pasukannya yang berada di Malang dan Surabaya.
Dengan persenjataan dan jumlah pasukan yang lebih memadai mudah saja bagi
Jepang untuk menumpas tentara PETA pemberontak. Namun Jepang takut dengan
akibat-akibat yang tidak terduga-duga jika menggempur pasukan PETA pemberontak.
Untuk itu dipilihlah jalan perundingan.
Dengan janji
diberi pengampunan, Shodanco Muriadi menerima ajakan Kolonel Katagiri. Sebagai
tanda bahwa pihak Jepang menempati janjinya, maka kolonel Katagiri menyerahkan
pedang Samurai sebagai jaminan kehormatannya. Pada tanggal 21 Februari 1945
Shodanco Muriadi yang tahu sifat ksatria dari adat istiadat Jepang menerima
perundingan tersebut. Beliau yakin bahwa Jepang tidak akan mengingkari
janjinya. Ternyata semangat Bushido yang dipegang teguh tentara Jepang selama
ini hanyalah isapan jempol saja. Dengan cara yang licik itu Jepang melucuti
persenjataan Tentara PETA pemberontak.
Setelah menjalani
pemeriksaan dan penyiksaan, pada tanggal 13 – 16 April 1945 Shodanco Muriadi
diadili, 6 orang yang berpengaruh dalam pemberontakkan PETA, termasuk Sodancho
Muriadi mendapat hukuman mati. Yang lain mendapat hukuman penjara yang
bervariasi. Sedangkan Sodancho Supriyadi sebagai pimpinan pemberontakkan
dinyatakan hilang.
4. Akibat Kependudukan Jepang di Indonesia
A. Bidang Sosial
Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk yang sangat
banyak. Jepang memanfaatkannya sebagai tenaga kerja. Masyarakat pedesaan
dipaksa menjadi romusha. Para romusha harus membuat pabrik
senjata, benteng pertahanan, dan jalan. Mereka tidak hanya bekerja di Indonesia
tetapi juga dikirim ke luar negeri. Para romusha sangat menderita dan
tidak dapat upah dan makanan. Mereka masih menerima perlakuan yang kejam dari Jepang.
Hal ini menimbulkan ketakutan pada masyarakat yang harus menyerahkan warganya
untuk menjadi romusha.
B. Bidang Politik
Dalam bidang pemerintah terjadi
perubahan dari pemerintahan sipil ke pemerintahan militer, jabatan Gubernur
Jenderal diganti dengan Panglima Tentara Jepang. Untuk memperlancar proses
eksploitasi di pedesaan dan mengontrol rakyat, Jepang membentuk tonarigumi
(Rukun Tetangga). Tujuannya adalah untuk meningkatkan pengawasan terhadap
penduduk. Akibat dibentuknya tonarigumi, peran dan fungsi lembaga politik tradisional
memudar.
Penerapan
sistem Autarki (daerah yang harus memenuhi kebutuhan sendiri dan kebutuhan perang).
Sistem ini diterapkan di setiap wilayah ekonomi. Contoh Jawa menjadi 17 daerah,
Sumatera 3 daerah, dan Meinsefu (daerah yang diperintah Angkatan Laut) 3
daerah.
C. Bidang Ekonomi
Pada masa Jepang, juga
diberlakukan politik penyerahan padi secara paksa. Hal ini dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan pangan bagi para tentara. Akibat penyerahan padi itu antara
lain angka kematian meningkat, tingkat kesehatan masyarakat menurun, kelangkaan
bahan pangan, dan kesejahteraan sosial sangat buruk. Mobilitas sosial
masyarakat cukup tinggi. Golongan pemuda, pelajar, dan tokoh masyarakat mengalami
peningkatan status sosial. Hal ini disebabkan mereka bergabung dalam organisasi
bentukan Jepang. Selain itu juga duduk dalam pemerintahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar